Sabtu, 28 Desember 2013

UNTUKMU MUJAHIDAHKU TERCINTA

PUISI BUAT MUJAHIDAH KU TERCINTA

Ku jadikan kedua tanganku....
Menjadi payung...
Agar hidup mu teduh...

mujahidah mujahidakku tercinta...
ku harapkan engkau menjadi pelita disaat hatiku senja
Meskipun kurang....
Aku cukupkan 
Meskipun tak berdaya..
aku upayakan sayang
agar kalian mujahidahku dapat meniti jalan kehidupanmu
Kelak yang berbahagia
Seiring dengan perjalanan waktu...
satu persatu akan aku titipkan...
harapan....
dan martabat keluarga kepadamu
ku selalu doakan agar kalian dapat membawah keseimbangan zaman
antara....cita cita
sopan santun yang di ajarkan oleh agama
tentunya di dalam penjara sucimu dulu

Dan....
JUga abi dan ummi mu ini...
Bawahlah keseimbangan itu melangkah..
Siapa-siapa yang ingin kalian cintai di kelak nanti dan kalian sayangi karena Allah
Antara cinta kasih, kasih sayang orang tua
Juga Sujud di sajadah sucimu sepanjang malam kepada Sang Izzati

Harapan ummi dan Abi ...
titilah kehidupanmu penuh kesabaran dan keiklasan
semoga engkau semuaannya menjadi mujahidah yang tangguh untuk agama, bangsa 



Rabu, 25 Desember 2013

Untuk mu tercinta...

puisi itulah membuatku tersenyum, karena terlambatnya menyampaikannya pada ku. kisah mengharukan ketika menulis nya dengan lelehan air mata suami, entah karena apa pertamanya. Ni... masuk kamar dengan di kuncinya daun pintunya, agar diriku tak bisa mengintip kali ya....apa yang mau di sampaikannya, lama ku tunggu di belakang daun pintu tak jua keluar dari kamar, ku coba tuk mengetuk pintunya. Yang akhirnya suami keluar dengan mata merah beserta lelehan air mata yang masih tersisa, ku tatap pandangan matanya, lalu suami mendekat dengan meraih dua tangan ku untuk salim dan mengucapkan "selamat hari ibu sayang ya ."

Dengan puisinya :



Selamat hari ibu sayang ku
Ku kirim puisi seadanya untuk mu...

Aku terlahir untuk mu
Ku berteduh hati bersamamu
Kulebur engkau...!
Dalam kasih
Bersatulah dalam cinta...
Seikat dalam kebaikan
Saling menjaga dikala jauh
Menjadi telaga...!!
Dalam kasih sayang
Memaklumi aku dalam kekurangan meniti jalan menuju yang lurus
Menghamba di hadapan Sang Pencipta
Melahirkan generasi yang baik
Berguna kelak untuk Agama dan bangsa....
Kipramu terlalu  banyak untuk di nilai
Teladanmu terlalu piawai untuk ditera
Namamu selalu di hatiku
Sumbangsihmu berperan penting dalam perjalanan kehidupanku
Jika karir dan derajatku menapaki ketinggian maka kaulah pelaku sejatinya
Dirimu kini menjadi ibunda sejati
Maka apa bukti-buktinya….?
Para mujahidahmu kini adalah jawabannya
Kau tak pernah merasa rugi melahirkannya
Kau tak pernah merasa bosan memeliharanya
Seluruh pengorbananmu tak pernah kau menghitung-hitungnya
Walau tak seluruh indramu sempurna
Kau ajari mereka untuk berbicara walau kau sendiri tak mampu mendengarkan suara nyanyiannya...
Namun hati tulusmu telah mampu menterjemahkannya
Maka kelak Allah akan membuka simpul pendengaranmu di sana,
di alam kelanggengan
Kau akan dengar gemricik mata air surgawi, kicau burung nan indah sejati
Serta seluruh suara-suara keindahan yg abadi….

Ya Robb….. hanya Engkau Pembalas semuanya…..

Karya; Ahmad Abdullah
23, des,13

Dua detik selesai kubaca, dengan lelehan air mata, terharu biru dan bahagiannya punya suami yang seperti jenengan ini, subhanallah
Ku ucapakan
“Trimaksih ciiiin atas puisinya yang sangat bermakna untukku “ :’(

Semoga diri ini yang beribu kekurangan menjadikan jenengan meniti kesabaran tuk membimbingku, berkumpul dan membagi cinta dan kasih sayang yang tak perna bosan, tak perna terputus serta tak perna bertepi hingga ajal memisahkannya dan bertemu di JannahNya.

Tiada yang teristimewa dari segala galanya kecuali atas cinta panjenengan dan sayang untuk ku, walaupun diri ini punya segudang kekurangan yang tak perna kau hitung, atau kah kau segaja tempatkan di suatu tempat yang agar tau apa kekuranganku, :’(

Dalam kekurangan yang aku punya inilah, pembangkit segala rasa dan segala galanya hingga aku tumbuh berkembang di samping pangkuanmu yang hangat, penuh cinta dan kasih sayang. Harapan ku hanya satu…kaulah menjadi matahari jikalah siang, jadi bulan dikala malam hari, jadi embun yang jerni dikala senja, jadilah pelangi dikala mendung menghandang….

Aku….
Tetap mencintaimu  walaupun kau mendua
Aku….
mencintaimu tuk selala lama nya hingga nafasku terpisahkan dengan jasad
Aku….
Tetap mencintaimu walaupun melewati tanjakan, bebatuan yang menghandang jalanku
Aku….
Tetap mencintaimu jika ada permasalahan hidup
Aku…
Tetap mencintaimu walaupun kau Bukan milikku seutuhnya
Aku…
Tetap mencintai dan menyanyangimu walaupun perna marah jikalah kita tak sefaham
… Dan percayalah…
Aku akan selalu mencintai dan menyayangimu sepanjang masa
Adakalanya kita perna cemburu, marah yang wajar, dan nasehat mu adalah penawarnya

Terkadang kau belum faham apa yang aku katakan, maka bersabarlah ingatkan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Demikian pula dengan jiwaku, sekeras apapun hatiku akan luluh dengan kelembutan, kesabaranmu dan belaian cinta kasihmu.

Maafkan lah diriku di selama bersama mu, punya banyak salah dan khilaf, baik tu di segaja atau tidak disegaja.
Semoga akan indah  di pengunjung harapan dengan cinta dan kasih sepanjang masa hingga bertemu di JannahNya.
Aamiin ya Robb.

Sabtu, 21 Desember 2013

MOZAIK CINTA UNTUK UMMI


Hari ibu adalah hari mengingat seorang ibu, dimanapun keberadaannya sang anak tetap berusaha mengingat sang ibunya, kali ini anak saya yang ke 3, mengirimkan sebuah surat cinta untuk sang umminya.



Ummi, malam ini aku telah siap menulis cerita tentangmu, tentang kenangan kita, tetapi ternyata kenangan itu hanya sedikit yang bisa kurekam, apa mungkin karena singkatnya waktu ketika kita berkumpul, atau aku terlalu bebal untuk mengingat kejadian-kejadian masa lalu, atau selama ini aku benar-benar jarang memperhatikanmu? Ilahi, pantaskah aku disebut anak shalihah? Ternyata bukan tidak ada kenangan itu, tapi kenangan itu terlalu indah bagiku, walaupun kenanganku tentang Ummi sama seperti kenangan banyak orang tentang ibu mereka. Bahwa Ummi adalah ibu rumah tangga biasa, selalu menyelesaikan pekerjaan rumah dengan rapi dan apik setiap harinya, dan menyiapkan segala kebutuhan keluarga, sungguh bukan hanya itu, kali ini aku ingin menyatukan puzzle-puzzle kenangan yang terserak, hanya untuk mengingat dan mensyukuri nikmatNya yang telah menganugrahiku seorang ibu sepertimu Ummi.
“nak, belajar yang sungguh-sungguh ya, jangan seperti Ummi yang tidak menyelesaikan sekolah ini, tidak apa bersusah-susah dahulu, karena nikmat itu akan ada setelah kesusahan.” masih sangat jelas terngiang dibenakku ketika engkau sampaikan petuah itu Ummi, sampai sekarang masih tersimpan lekat dihatiku, yah, ketika aku lelah dengan tugas kampus, atau bosan dengan segala bentuk pelajaran yang sulit aku pahami seketika petuah itu menjadi lampu pijar dikegelapan jalanku. Engkau motivasiku untuk terus melangkah maju Ummi, pun masih jelas tergambar wajahmu yang sangat bahagia ketika aku telah selesai mengkhatamkan hafalan al-qur’an, duhai Rabbi, akankah kebahagiaan beliau kelak berkalilipat dari ini? Ketika engkau memberinya mahkotaMu? Kalau seperti itu adanya aku rela, aku sangat rela menghabiskan waktuku bersama kitabMu, kitab penyejuk Qalbu, aku berjanji untuk terus mengulang hafalan ini, agar aku benar-benar layak disebut ahliMu.
Ummi, seorang yang selalu kuingat geriknya karena beliau jarang memberi nasihat, tetapi mencontohkan langsung, walaupun beliau memiliki kekurangan itu bukan masalah bagiku, aku selalu kagum kepadanya, dibalik kekurangan itu beliau memiliki banyak kelebihan, aku sering merasa malu, malu pada diriku sendiri yang sempurna tapi tidak memiliki keahlian apapun. Dulu aku sempat malu ketika orang-orang mengetahui kekurangan beliau, tapi aku sadar, ummi saja tidak malu, kenapa aku harus malu?
Ummi, seorang yang memiliki kesabaran seluas samudra, bagaimana tidak, ketika takdir memaksa untuk mengambil satu dari sekian banyak nikmat Allah yakni pendengaran dari dirinya, beliau tetap tampil mengagumkan, seperti tidak pernah kehilangan nikmat itu, bekerja layaknya orang normal, berkomunikasi dengan lancar, serta ketika takdir menentukan Abi untuk menikah lagi,walaupun atas
izinnya, itu bukan sesuatu yang ringan untuk wanita manapun. Wanita tercipta dengan perasaan yang sangat lembut, aku tahu bahwa dibalik ketegaran itu beliau sangat rapuh, maka aku selalu berdoa agar beliau selalu diberi kekuatan dan ketegaran, dan nyatanya sungguh diluar dugaan, beliau masih melayani abi seperti tidak terjadi apa-apa, menyayangi anak-anak tirinya seperti menyayangi anak kandungnya sendiri.
Aku selalu menuntut sebagai anak, meminta banyak dari Ummi, dan sekarang aku sadar, aku tidak pernah bertanya tentang kesusahan yang beliau rasa setiap harinya, aku acuh dengan segala masalahnya, enggan melaksanakan perintahnya, maka suatu malam, aku iseng memandangi wajah beliau yang pulas tertidur, baru saja beliau memijati punggungku karena aku merasa tidak enak badan, rambutnya sudah banyak memutih, keriput diwajahnya mulai tampak, ya Allah, inikah Ummiku, sudah setua inikah beliau,? Aku yang jarang memandang wajahnya setelah berbelas tahun yang lalu baru merasa telah banyak perubahan. Aku memeluknya pelan, takut beliau terbangun, aku menangis terisak tak kuasa membayangkan ketika kami harus hidup tanpa Ummi, wanita hebat ini, tiba-tiba beliau terbatuk-batuk keras, batuk yang sama seperti malam-malam kemarin, sampai beliau harus terbangun karena batuk itu, aku pura-pura memejamkan mataku, menutupinya dengan guling, dan airmataku tak bisa berhenti mendengar batuknya seperti itu.
Atau ketika kami sedang menyiapkan buka puasa, abi sibuk mencari surban untuk ceramah seperti biasa, ternyata surban yang dicari tidak juga ketemu, maka abi memaksa ummi mencarikan dengan suara yang agak tinggi dan wajah penuh kekhawatiran karena sebentar lagi pengajian akan dimulai, ummi yang tidak tahu dimana letak surban itu terkena marah, akhirnya ummi memberi surban yang lain dan balas mengomel, aku yang mendengar ummi mengomel jadi ikut memarahi ummi, harusnya ummi bantu mencari saja, karena laki-laki akan semakin marah ketika diomeli, dan kulihat wajah ummi mengeras, seperti menahan tangis, kesal dan sesal. Tiba-tiba aku merasa sangat bersalah memarahi beliau. Maafkan nanda Ummi.
Dan ditenangnya malam ini tiba-tiba terdengar suara tangis anak kecil tetangga, dia menangis karena terjatuh dari tangga, tapi tak lama kemudian suara ibunya keras memarahi karena melanggar aturan telah bermain-main ditempat yang ia larang, tahu apa yang ia lakukan terhadap anaknya? Bukannya mengobati malah terdengar hingga kamar kost suara pukulan untuk anaknya dan membuatnya semakin keras menangis. aku menjadi berpikir sejenak tentang masa kecilku dahulu, sepertinya hidupku benar-benar tanpa beban, aku asyik bermain dimanapun aku suka tanpa ada larangan darimu Ummi, hanya dapat teguran ketika karena asyik bermain melalaikan shalat,atau pulang terlampau senja. Terimakasih Ummi, cinta dan sayangmu masih kurasakan hingga kini.
Maka disisa umur beliau aku ingin berbakti, Semakin kesini semakin aku menyadari bahwa semua itu bukanlah pekerjaan yang mudah, ketika dalam keadaan sedih atau banyak masalah engkau tetap harus menampilkan wajah dan sikap tanpa lelah. ketika satu-persatu anak-anakmu pergi jauh dari rumah, mau tidak mau engkau tetap mendukung mereka, walaupun telah terbayang dibenakmu keadaan rumah yang akan menjadi sepi ketika kami tidak ada, dan engkau kembali sendirian menjaga rumah, sesekali bersama ayah, tapi mungkin hanya beberapa saat.
Berapa puluh kali tanganmu mengusap airmata kami, tapi tak pernah sekalipun kami membalasnya, betapa banyak airmata yang kau tumpahkan untuk kami dalam setiap do’a-doa’mu, tapi kami malah meneteskan airmata ketika kami dalam keadaan sempit dan benar-benar membutuhkanmu saja, Ummi, kami sangat sadar, doa-doamulah yang menjadikan jalan kami lapang melalui segala rintang, menyinari gelapnya jalan kami, Ridhai kami Ummi, tanpa ridhamu Allah tidak akan meredhai kami. Semoga kita bersama tidak hanya didunia ini tetapi kekal hingga akhirat. Aamiin.


                                                                                               Jakarta, 21 Desember 2013
                                                                                                           Huurun Ein with lov


                                                                                                 (Mujahidah Rifqiyah el ahmadi)

AKU BANGGA MENJADI SEORANG IBU

Akuuuu adalah seorang ibu dari 6 mujahidah tercinta
aku bangga menjadi seorang ibu, walaupun segudang kekurangan telah aku candang selama ini, mungkiiiiin....kau tak menyadari ketika diriku mengobrol bersama mu....bercanda dan bercerita panjang lebar, maafkan jika ada sesuatu yang tak menyamai seperti halnya wanita wanita yang di sampingmu itu.

akuuuu bangga menjadi seorang ibu....
yang bisa mendidik kalian semuanya menjadi mujahidah yang tangguh, walaupun dalam tahap merangkak memahami syariatNya, dan memahami apa nama perjuangan hidup

akuuu bangga menjadi seorang ibu...
bukan karena apa yang telah aku lakukan dan berikan untuk mujahidah-mujahidaku , melainkan karena aku berkesempatan untuk menikmati setiap detik menit, hari, bulan dan tahun.menyaksikan mujahidah mujahidah. tumbuh menjadi akhwat sejati sepanjang masa.

akuuuu bangga menjadi seorang ibu....
walaupun hari harinya berkutik dalam dapur dan kerjaan rumah tangga serta merawat suami dan mujahidah mujahidah.

akuuuuu bangga menjadi seorang ibu....
Karena dengan menjadi seorang ibu, akhirnya aku mampu menghargai dan menghayati perjuangan seorang perempuan yang telah berjuang menghadirkanku ke dunia ini, dan berkecimpung dalam perjuangan dan dakwa.

akuuuu bangga menjadi seorang ibu....
dari keberadaannya dalam rahim, dan hingga lahir bayi yang cantik, berkembang menjadi balita, remaja dan sampai hingga kau menikah, itu semuanya, ku didik dan ku perjuangkan semaksimal mungkin ingin tumbuh menjadi mujahidah mujahidah yang tanggu untuk agama, umat dan bangsa

akuuu bangga menjadi seorang ibu...
walaupun kau memanggilku "ummi" nama itu yang menjadi kesukaanmu sepanjang masa.

untukmu mujahidah mujahidah ummi...
"sabarlah menerima apa adanya diri ummi"
kasih sangilah sepanjang masa
doakanlah di setiap waktumu
jika Allah memisahkan karena ajal
tetap kanlah dalam pendirian aqidahmu dan ketakwaanmu
dan di spertiga malam ...
bangunlah yang tak perna engkau bosan mendoakan sang ummi
dengan lelehan lelehan air matamu...
dan rengekan tangis mu tuk memintakan ampun segala dosa dosa sang ummi

'' I LOVE YUO FULL untukmu 6 mujahidahku tercinta

Senin, 16 Desember 2013

MENGGALI BAKAT SEORANG IBU

MENGGALI BAKAT DI TENGAH KESIBUKAN RUMAH TANGGA
Tak semudah membalikkan telapak tangan emang, menggali bakat di tengah kesibukan keluarga, yang nota bener padat meranyap agendanya, apa lagi anak yang banyak, disambil kerja di luar rumah sana, tentunya kerjaannya hanya terhitung sebagai amal jariyah, yang tak bisa di tilik dan di resapi sebagai bakat yang tersirat…J
Zaman telah berubah menjadi jaman moderen, yang mana banyak wanita yang berkarir di luar rumah,, dari pada duduk bekerja di dalam rumah yang menghasilkan duwit juga deket dengan anak anak dan suami. Bukan hanya gengsi kalau kerja di rumah ni ya…kalau si sang ibu memperhatikan dirinya dan ank anaknya tentunya mendingan kerja di rumah yang bisa juga menghasilkan uang, dan menyalurkan bakat walaupun to bakat itu hanya kecil aja.
Bagai mana pengalaman saya yang pernah melahirkan anak 10, hal ini emang di bilang susah dan repoooot ya emang iya, J ..tapi semuanya di laluinya dengan rasa gembira dan kebahagiaan tersendiri, walaupun anak banyak tetap aja ingin rasa bekerja, padahal kerjaan rumah tentunya bisa menggunung jika terlalaikan hanya satu jam aja…banyangkan!!! Ketika sebelum subuh udah berusaha bangun tuk tunaikan sunnah menghadap sang Robbnya, walaupun malam tetatih meneneni dan anak anak tentunya ada yang rewel, apalagi dalam keadaan anak sakit, pastinya si ibuklah yang banyak berperan merawat anaknya. Di sana tak menjadika si ibuk pasrah dan menyerah…semangaaat nya tentunya teruuuus membara demi anak anaknya dan suaminya tentunya ya…J
Dalam kesibukan merawat anak anak, ealu ingin mengali bakat saya yang terpendam, ternyata bakat itu pertama adalah menjahid, di sana memulai tuk menjadi penjahit pakaian wanita, walaupun hanya berbekal satu mesin jait aja, bismillah semuanya saya mulai, dengan ikut kursus di sebuah kursus yang udah terkenal, jarak 5 bulan kursus saya udah lulus sebagai penjahit maher. Yang akhirnya saya juga terjun sebagai penjahit.
Ketika mulai banyak pelanggan, tentunya saya harus bisa membagi waktu di antara tugas rumah tangga dan mendidik anak anak serta antar jemput anak anak sekolah. Pada saat itu pula saya mulai merancang jadwal harian di rumah, dari pagi hingga malam hari. In shaa Allah tak ada yang terlewati, terkadang tugas rumah tangga yang terkendalah banyaknya adalah menyetrika pakaian. Hoo menggunung tenan jika dua hari tak menyetrika, apa yang ku lakukan….? Di tali aja deh dulu semua pakaian yang bersih yang tinggal menyetrikah itu dengan sebuah sarung lebar…jaiak malam hari ada waktu yang memungkinkan tuk menyetrika ya di setrikalah..:)
Dari pagi siap siap memasakkan anak anak untuk bekal ke sekolah dan sarapan, siang masak, lanjut mencuci, lantas jemput anak anak TK, stelah itu menjahit yang di tergetkan sehari dapat satu atau dua helai kain, siang lanjut jemput anak anak sekolah…sore hari waktunya bercekrama dan bergurau dengan suami dan anak anak di rumah.

Dari hari berubah bulan, dari bulan berubah tahun, semuanya telah berubah hingga sang anak anakpun udah menjadi mujahidah yang tangguh, saya mencoba merobah dan menggalih potensi sebagai seorang perias dan mendirikan salon muslimah, disana saya memulai dengan kursus lagi, lama emang, dan memerlukan benyak modal dan waktu hingga bisa menjadi pengusaha yang propesional. Tak semenah menah hanya mendirikan usaha salonnya, karena ini lebih beda dengan potensi sebagai penjahid maher. Mulai semuanya dengan meyiapkan peralatan, tempat dan bahan bahan berserta gaun gaun yang cantik tentunya J, mengharap semua usaha ini lebih maju dari usaha awalnya. Bismillah …

Dalam menunai ilmunya tentunnya memrlukan waktu yang luang, terkadang banyak terkendalah dengan jadwal dakwa dan agenda harian…yang akhirnya full fullan lah waktunya, hingga selisih terus dengan suami ..halah…rindu kali ya…. J perjuangaaaan emang perlu pengorbanan tentunya ya..tidak ada jalan itu mulus bagaikan sutra begitu ya…J

Yok, kita lalui semunya dengan bismillah dan doa pada nya . semoga di mudahkannya jalannya menuju kesuksesan aamiin ya Robb.

MOTAMORFOSA

oleh Mahabbah El-ahMead pada 1 Oktober 2011 pukul 14:08 ·
Aku adalah gadis  yang suka dengan hal yang manantang. Banyak orang menyebutku ‘si gadis tomboy’, Sebenarnya aku tidak tomboy, aku masih berpakaian layaknya wanita pada umunya, tak lupa jilbab yang selalu membalut kepalaku kemanapun aku pergi. hanya saja terkadang tingkah lakuku lebih perkasa dibandingkan seorang laki-laki. Mungkin sudah sifat yang diwariskan Bapakku. Ya, seorang laki-laki gagah, tegas dan berwajah garang, tapi beliau adalah orang yang terkenal baik dikampung.
Aku selalu merasa bisa menyelesaikan semuanya sendiri, bahasa kerennya ‘mandiri’. Barang-barang  yang rusak kucoba perbaiki, alat elektronik yang rusak pun berhasil kureparasi. Dalam urusan ini aku belajar dari bapak, ibu dan paman-pamanku.
Saat aku duduk di bangku SMA banyak teman-teman perempuanku mengeluhkan preman-preman yang bermarkas di sebuah rumah tepat di perbatasan desa, rumah itu biasa disebut ‘rumah mucikari’, yang lebih membuat risih adalah para WTS yang sepanjang malam menghabiskan waktu di sana.
Selaku pelajar, mau nggak mau kami harus  melewati markas tersebut jika berangkat dan pulang sekolah. Saat melewatinya jantung kami berdetak kencang, karena banyak para preman yang bertampang mesum dan suka menggoda gadis-gadis yang lewat. Tak jarang mereka merampas barang yang kami miliki. Kami berjalan sambil bergandengan tangan dan berusaha tidak mengeluarkan suara.
Suatu ketika aku lewat di depan markas tersebut, ada seorang preman yang mendekatiku seraya merampas sepeda yang kupakai. Aku ingin pasrah, tapi aku masih mempunyai kekuatan tuk melawan preman itu. ya, aku pasti bisa. Beberapa jurus karate kukuasai sudah. Tapi ketika aku melihat sosok preman lain yang berbadan lebih kekar, bertato dan bercelana gombreng. Ketakutanku muncul kembali. Dia berusaha menarik sepedaku, aku merasa jengkel sekali, langsung kupelototkan mata, tapi preman-preman itu tidak takut sama sekali. Dengan tendangan depan melingkar aku tendang preman itu.
“ Berani  melawan kamu...!” bentak preman.
Tiba-tiba preman yang lebih seram dan sangar keluar dari rumah, dangan seringai dan mata melotot dia menghampiriku, menyeringai , aku gemetar ketakutan, mulutku terus komat-kamit membaca do’a, berharap ada seseorang yang datang menolongku. Aku kembali mengamankan sepedaku. Tapi preman yang satu ini tidak mencoba merebutnya.
Aku inggin berlari kencang meninggalkan preman-preman itu, tapi kakiku seperti terpaku di tanah,   tangan salah satu preman mulai usil kembali, mengambil tasku dan menarik sepedaku. Kini aku lebih bisa menguasai diri. Di ujung jalan terlihat seorang laki-laki berjalan ke arahku, tapi preman itu tidak melihatnys. Tiba-tiba orang yang kulihat menyembunyikan dirinya di belakang pohon pisang yang  ditepi jalan. Preman berulah lagi, lengan bajuku kusingkap layaknya seorang jagoan melawan penjahat.
 “Bismillah” kutendang untuk kedua kalinya preman itu.
“ Kamu nggak takut...?hah...?!!”kataku
“ha ha ha takut kok sama cewek cantik....” ledek preman itu.
“kalau berani lawan aku...!” tantangku, walaupun dengan jantung yang berdetak lebih kencang. Penjahat itu mendekat dan tertawa lebar, entah apa yang membuat dia tertawa. Dengan suara yang lebih nyaring aku berkata, “ayo lawan aku...!!”
Sepertinya mereka hanya mempermainkanku, terbukti dari tendangan-tendanganku yang sia-sia, karena tidak ada perlawanan dari mereka. Mereka terus tertawa, aku merasa terhina. aku terus melancarkan tendangan dan pukulan. Tiba-tiba terdengar seorang berteriak.
“woi...! itu anaknya Pak Maslih.” Teriaknya, ternyata dia adalah orang yang bersembunyi di belakang pohon. Preman-preman itu tersentak kaget mendengarnya.
“ kamu anaknya Pak Maslih ya”? tanya preman sangar. Aku menganggukkan kepala dengan rasa jengkel. “kenapa...? takut ya...?” tanyaku dengan sedikit rasa bangga.
Detak jantungku belum juga normal, rasa jengkelku pun masih membekas. Tiba-tiba Keluar WTS yang rasanya kenal aku, aku kaget melihat dia disini, langsung ia merangkul aku dengan sekuat tenaga, sembari terisak, air matanya pun bercucuran membasahi lengan bajuku.
“ Mbak siapa sampean”? tanyaku.
“ Aku pernah bertemu kamu  di kelurahan pringgoboyo, saat ikut penyuluhan kesehatan” katanya.
“ Betul kah? ”tanyaku meyakinkan. Aku pastikan kenal atau tidak dengan orang ini, aku takut jangan-jangan hanya jebakan preman-preman itu.
“ Kapan mbak kita ketemu?” tanyaku lagi.
“ sebulan yang lalu, waktu kamu mendampingi bapak Maslih” kata wts itu
Aku tak bisa berkata apa-apa, aku binggung mau menjawab apa, kuanggukkan saja kepalaku, karena aku sudah lupa. Lantas dia menyuruhku mampir dan menyilahkan duduk. Dia menyuguhiku air minum dan kue kering. Semua orang di sana tiba-tiba menjadi sok akrab. Tapi aku masih memendam rasa jengkel pada mereka, aku tak mau makan sedikitpun apa yang ia suguhkan.
Tak berapa lama aku pamit untuk pulang, tiga preman itu meminta maaf kepadaku, aku memaafkan mereka. Semua orang di rumah itu keluar mengantarku. Dengan bergegas aku menarik sepedaku kembali. Kuayun pedal dengan laju meninggalkan segerombolan orang itu.
Esok harinya aku ceritakan semua keluargaku, terutama Bapak yang mengenal penjahat itu, seketika aku bertanya Bapak tentang penjahat itu. Bapak memang mengenalnya lantaran beliau sering memberi pengarahan kesehatan tentang AIDS pada para WTS.  Bapak kebetulan kerja di kantor BKKBN, sering diberikan tugas penyuluhan para warga dan WTS, untuk mencegah AIDS menyebar di kampung.
Ketika aku berangkat sekolah aku melewati rumah mucikari itu, semua preman sudah didepan rumah, hatiku bertambah kacau dan takut melewatinya, aku merasa klimpungan seakan tak bisa melangkah di depan para penjahat itu, aku masih teruma akan kejadian kemarin.
Dengan doa aku melangkah, subhanallah semua preman dan WTS itu berubah menjadi baik, menyapaku dengan senyum yang manis, lama-lama aku menjadi teman mereka, terutama wanita yang mengaku pernah melihatku.. Mulai saat ini aku berazam untuk mengubahnya secara perlahan, dia harus jadi wanita yang baik. Disetiap waktu kosong aku sempatkan ngobrol dengannya.
Suatu sore aku bersama sahabatku berkunjung ke ‘rumah mucikari’, kami berniat mencari WTS yang mengenalku.
“ Tok, tok, tok” kuketuk pintu depan rumah tersebut.
“ Mau cari siapa”? kata preman itu
Aku bingung tak bisa menjawab, karena aku tidak tahuu siapa nama orang yang aku cari ini.
“ Mbak mau cari siapa”? ulang si preman.
Aku masih diam. Lantas dengan bunyi pintu kamar terbuka, alhamdulillah keluarlah WTS yang kucari.
“ Mbak....” kata wanita itu dengan menghampiriku dan memelukku dengan pelukan hangat
“ Alhamdulillah masih bisa bertemu lagi” kataku sambil tersenyum
Aku meminta waktu untuk mengobrol berdua dengannya, sekarang aku tahu namanya, Wati. Aku memberikan nasehat-nasehat yang bisa menyentuh hatinya, mau meninggalkan apa yang selama ini di geluti, hidup tanpa amal dan banyak dosa. Dengan perlahan aku mengajaknya ke arah yang lebih baik, aku berjanji untuk kembali lagi esok hari.
Satu bulan hari telah terlewati, pertemuan demi pertemuan banyak membuahkan hasil.  Wati  sudah insaf sekarang. Dia mencoba memakai jilbab, mengaji, dan mengikuti taklim-taklim yang diadakan di kampungnya, dulu memang dia adalah gadis baik-baik, dia terjerumus menjadi WTS karena terperangkap oleh tangan preman yang angker tersebut, dia dijanjikan hidup yang lebih baik dan mewah. Ternyata malah dijerumuskan ke dunia yang gelap.
Bertahun-tahun terlewat sudah. Setahun silam Wati mencariku ke kampung Bapak, ternyata dia sudah berkeluarga dan menjadi wanita yang sukses berbisnis. Subhanallah, Allah maha Kuasa atas apa yang telah ditetapkan-Nya.
        “seseorang tidak akan dinilai dari apa yang dulu dilakukan, tetapi bagaimana dia bisa melewatinya dan menjadi seseorang yang berguna.”

SEMANGATNYA CUCU PERTAMA

Si cucu pertama, asiknya bergaya deh kakak...seneng rasannya petama kali mau sekolah SD, padahal usiamu yang masih seharusnya duduk di bangku TK, kali ini emang luar biasa deh kakak...bisa lulus tes masuk SD, karena ketlatenannya belajar dia udah menguwasai membaca dan berhitung.

Di setiap ulangan harian nilainya 90 an hingga seratus, jika nilaimu di bawah 90 pastinya kau merengek minta di naikkan nilainnya, "lah nak nak...siapa deh yang menaikkan dan mengganti nilaimu kalau kamu nggak belajar..." kata si ummi dikit cerewet (nenek). si bundanya nya hanya tersenyum nyengir aja tau si ummi cerewet :).
\
Rasannya kau adalah punya sifat seperti bunda mu ya nak...pinter, kreatif, dan ingin tau apa yang belum tau, hingga kau suka merayu sang ummi menemani belajar sampai coret-coret kerta yang puluan kertas kau sobekin, dan kau tulis menyerupai puisi dan kalimat kalimat yang merayu rayuuuu...huwaaa si anak ini rasannya mau jadi penulis kali ya...:) kaya umminya :) sedikit aja deh umminya.

Di waktu senggang sesudah pulang sekolah, ataupun hari libur kau suka main tarik tarikan sama dedek Mila...si abi selalu menemanimu ketika ada waktu luang, terkadang kau di bawah di keramian sana ya, lucu lucunya si dedek sama kakak ini.

Diantara kedua adik kakak yang tak bisa di pisahkan kalau di rumah..selalu bermain berdua dan penuh kasih sayang sesama, ya cuma sifat keduannya ini sangat beda sekali. Si kakak suka nya mengalah dan si dedek sukanya keras dan merebut tapi dia sangaaat suka kerapian loh ya. cerewet sekali kau udah ngomong, pikirannya sangat dewasa.

Sifat dedek Mila persis deh dengan sifat mbak uchanya...si kakak sifatnya kaya bunda dan abi kalok mi ya..? ho oh nak lereeeees...:)

Hoo ini to sukanya juga di ajak mbak Uchanya jalan jalan menikmati makanan paforitnya..:) kala sengga kalau si mbak Ucha pasti kakak Ila dan om Zidny tidak ketinggalan menikmati makan traktirannya si mbak Ucha tercintya ya...yok nikmati kakak ila dan om Zidny ya...Barokallah fi kum.

Doa semoga si mbak Ucha segera pulang kalau liburan ya nak....!!!??? entar jalan jalan sama ummi dan mbak Ucha...semoga kasih Allah kesehatan dan panjang umur, aamiin ya Robb