Jumat, 04 November 2011


KESEPIAN
oleh Mahabbah El-ahMead pada 17 September 2011 jam 21:44
taklah sia kegelisahanku
yang jatuh dimalam ini
hanyalah gemercik air mancur di kolam
lantas celoteh anak-anak telah meninggalkanku
biasanya menggodaku
tangan-tangan mungilnya selalu cetil
yang membuatku tertawa dan cekikikan

kini malam-malam kesepian
mengharap turunya cahaya malam hari
menggambarkan keheningan suci atas kuasa yang nyata
terkadang desing suara anak-anak ada di ujung kamar
menyapaku dalam bayangan

air mataku menggenangi kelopak mataku
oh....duhai anak-anakku
dimalam begini tak berbulan dan berbintang
cahayapun gelap gulita
seperti hatiku yang engkau tinggalkan kesepian
diantara risik angin malam ini

aku duduk ditaman bunga
tanpa engkau semuanya

1 CINCIN MEMBAGI 2 KEBAHAGIAAN


Pernikahan  mempertemukan dua karakter berbeda....
Aku dan suami adalah dua karakter yang berbeda, suamiku adalah sosok yang berwibawa di mata ummat, sedang aku adalah wanita biasa, yang masih terus belajar mengartikan hidup ini, itu semua aku terima dengan rasa syukur. Sedikitpun aku tak menyesali apa yang telah ditakdirkan Allah.
Dengan karakter yang berbeda itulah, kami berusaha memahami satu sama lain dengan banyak komunikasi, kejadian dan ujian dalam rumah tangga selalu kami lalui dengan penuh kesabaran, komunikasi adalah jalan terbaik apabila kami sedang di landa masalah. Karena secara pribadi aku ingin menjadi wanita yang taat dan sholihah selama mendampingi suami, ya... seperti wanita yang lain. Semua masalah dikomunikasikan dengan baik-baik.Walaupun pada hakikatnya pikiran kami berbeda, tapi  kami selalu berusaha berpikiran  sama, karena kami sadar,  hidup berumah tangga adalah ibarat perahu, suami ibarat  nahkoda dan istri ibarat layar. Dengan begitu perahu yang dihadang topan dan badai akan tetap melaju menuju ke arah tujuan hanya apabila semua dilalui dengan kerjasama.
“ssst...gimana sayang...?’’ tiba-tiba suara itu terdengar di telingaku, dan ternyata adalah suara suamiku.
Aku tersentak kaget sambil membalikkan wajahku ke arahnya, “Ada apa Bi”? tanyaku.
 Abi boleh nikah lagi...?” tanya suami dengan lembut padaku.
Diantara hati yang kalut, aku coba meyakinkan kembali apa yang baru saja kudengar, “ Abi mau nikah lagi...?”dengan suaraku yang terdengar memelas....
”Bolehkah...? ”tanyanya.
Seakan-akan aku tak percaya pertanyaan suamiku, biasanya suamiku suka bercanda, tapi kali ini perkataanya begitu serius.
Lantas suamiku mendekat,  sementara tangannya membelai rambutku, dia memberi banyak nasehat tentang hakikat hidup,” bolehkah sayang...?” tanyanya sekali lagi,” apabila ridhomu yang kudapat, maka surgalah bagimu, suamiku meyakinkanku.
Aku masih tak percaya ini, setelah berapa lama, aku  berusaha menatap wajah suamiku dengan  air mata yang perlahan menetes, kuusap air mata itu, aku tak ingin terlihat lemah di matanya. Dia pun lambat laun merengkuhku dalam pelukannya, erat. Dan inginku hanya satu, agar waktu berhenti saat ini juga, dan biarkanku tetap bersamanya, seperti ini.
Tak kuat juga jika harus berpelukan lama-lama, akhirnya aku mencoba menatap wajahnya kembali, akupun tertawa di hadapnya,  walaupun hati ini sangat takut akan kehilangan seseorang yang paling aku cintai, dan dia pun membalas dengan senyuman.
Esoknya, aku masih memikirkan apa yang dikatakan suamiku, mungkin ini memang takdir yang telah digariskan Allah untukku dan keluargaku, aku berusaha tegar, tapi setegar apapun aku, aku adalah seorang wanita yang memiliki perasaan, tak pernah terbayangkan aku akan dimadu, sakit memang, dan aku berharap Allah akan membalas semuanya, aku mulai yakin untuk mengizinkan suamiku berpoligami. Aku bersyukur suamiku masih meminta izinku untuk menikah lagi, betapa banyak wanita yang ditinggal pergi suaminya untuk menjalankan kehidupan baru bersama istri baru. Insyaallah di balik kejadian ini ada hadiah yang teramat indah untukku dan mujahidah-mujahidahku. Dan aku ajukan  satu syarat  pada suamiku, bahwa istri yang akan ia nikahi adalah wanita pilihanku.
Detik telah berganti bulan, ya... 5 bulan sudah terlewat sejak kejadian itu, tapi kini aku masih sibuk mencari wanita yang pantas menjadi maduku, dan akhirnya pecarianku usai sudah, aku mengenalinya adalah sosok yang cantik dan sholihah, walaupun ia sudah janda dan memiliki 1 anak, aku yakin suamiku tidak kecewa. Karena semua ini kami lakukan semata untuk ibadah. Dan tujuanku memilihnya hanyalah untuk membantunya. Walau  sedih yang  kurasa, aku harus  tetep berusaha sekuat tenaga untuk menjadi wanita yang tabah dan kuat tuk menghadapi segala takdir dan  cobaan. Aku belum menceritakan ini pada mujahidah-mujahidahku, hanya mujahidahku yang pertama saja, karena kurasa dia sudah cukup dewasa untuk mengetahui ini.
Tak selang berapa lama, aku  melamar  wanita itu untuk suamiku, sebenarnya dia jadi tak enak hati setelah kuutarakan maksud, aku pun menjelaskan apa yang terjadi, dan meluruskan bahwa ini kami lakukan untuk ibadah dan mencari ridho-Nya, dia pun akhirnya mengangguk setuju.
Dengan rasa agak ragu, aku melepas dan mengizinkan suami berta’aruf dengan wanita pilihanku, setelah  waktu  ditentukan tiba, dipinangnya wanita pilihanku. Aku hanya bisa memasrahkan semua pada Allah, yang mengatur segala urusan hamba-Nya.
Kreeeeek....
Bunyi  pintu kamarku terbuka, ternyata itu adalah suamiku, dan dia meminta izinku agar aku membelikan 2 buah cincin untuknya.
Aku sedikit bingung, 2 hari yang lalu dia  melamar pada orangtua wanita itu, tapi sekarang  dia  menyuruhku membeli cincin untuk maharnya, kenapa dia tidak mencari dan memilih cincin itu sendiri...? tapi ternyata apa yang kurisaukan terjawab, dia menyuruh agar satu cincin bertuliskan namaku dan namanya, dan yang satunya bertuliskan namanya dan wanita itu.
Kuterima uang pemberiannya dengan hati yang sulit digambarkan, sedih teramat sedih karena tak lama lagi dia bukan hanya milikku, senang karena dia mempercayakan pernikahannya ini padaku.
Dengan semangat aku pergi ke toko Emas, ternyata di sana aku  bertemu sahabatku, kebetulan dia juga akan membeli cincin. Kami ngobrol sebentar, dan akhirnya dia pamit pulang, Aku masih bingung  memilih cincin, setelah lama melihat-lihat akhirnya aku mendapatkan cincin yang cocok.
“ini mbak, aku pilih 2 cincin yang kembar”kataku pada penjual emas.
Sesampainya di rumah kupandangi cincin yang baru saja kubeli, aku tak pernah berharap dan meminta sebuah cincin yang indah, karena aku hanya mengharap kebahagian, dan ternyata Allah menakdirkan rumah tanggaku seperti ini.
Aku tidak merasakan sedih yang teramat sangat, karena Allah telah memberiku 6 mujahidah, dan 2 dari mereka sedang menuntut ilmu di luar pulau, 3 mujahidahku yang di dekatku masih belum tahu apa yang akan terjadi, apalagi mereka yang jauh di sana. Aku akan memberitahu mereka nanti di saat yang tepat.
Berapa hari kemudian, aku melepas suamiku ke kampung wanita itu untuk melaksanakan akad nikah, aku mengantarnya hingga bandara, tiba-tiba saja aku merasa yakin dengan apa yang telah aku putuskan ini, dan tak kurasa sedikitpun rasa sedih atau ragu. Yang membuatku sedih adalah melihat mujahidah-mujahidahku.... apalagi 2 di antara mereka sedang melaksanakan Ujian kelulusan, semoga Allah memudahkan urusan mereka. Amiin....
“ maafkan Ummi dan Abi sayang..., percayalah, kami masih saling mencintai, semoga Allah memberi yang terbaik untuk kita semua....”
seminggu suamiku di sana, dan  diantar adik iparku serta mujahidahku yg ke- 2, karna dia memaksa ingin mengantar Abinya.
Dering  telponku berbunyi, akan tetapi aku tak berani menggangkatnya, karena tak sampai hati mendengar suara suami, dan takut syetan membisikkan rasa ragu itu kembali.
Semenjak  kepergiannya, aku sering mencium bajunya yang ada di gantungan baju, rasa rindu itu menusuk kalbu. Perlahan air mataku menetes.
“ Allah yang Maha Kuat, kuatkan hambaMu ini dalam menghadapi ujian-Mu.... sungguh yang kuharap hanya ridho dan kasih-Mu....” do’aku.
Cincin itu kini telah terbagi.... kini aku menata kembali hatiku, agar aku lebih kuat mengahadapi cobaan yang lebih besar.
Dan  setelah apa yang kualami,  justru cinta itu tumbuh menjulang tinggi dan subur sekali. Walaupun  sempat terjadi keributan dalam rumah tanggaku setelah kejadian itu, tapi dengan kekuatan cinta sang suami kami menjadi rukun kembali, dan mujahidah-mujahidahku kini sudah tumbuh besar dengan prestasi yang tidak mengecewakan kami.  Terima  kasih ya Allah, semoga ini semua  berbuah kesabaran dan berhadiah surga-Mu, amiiin....


            Rabu, 10-Agustus-‘11
 Mahabbah El-ahmaed (Titik Suswati)


BIODATA
Nama               : Titik Suswati
Nama FB        : Mahabbah al-ahmaed
TTL                 : Lamongan, 12 juli 1966
Alamat            : jl. Suwandi 05, No. 28, RT 26, RW 09 kec. Gunung Kelua, samarinda,           Kalimantan Timur
Hobi               : olahraga dan menulis
Kata mutiara : al-hayaatu saa’ah, faj’alhu tho’ah..( hidup hanya sementara dan jadikanlah hidup penuh ketaatan...)
No. HP          : 081346405182
Email            : titik.suswati@yahoo.co.id