Sabtu, 21 Desember 2013

MOZAIK CINTA UNTUK UMMI


Hari ibu adalah hari mengingat seorang ibu, dimanapun keberadaannya sang anak tetap berusaha mengingat sang ibunya, kali ini anak saya yang ke 3, mengirimkan sebuah surat cinta untuk sang umminya.



Ummi, malam ini aku telah siap menulis cerita tentangmu, tentang kenangan kita, tetapi ternyata kenangan itu hanya sedikit yang bisa kurekam, apa mungkin karena singkatnya waktu ketika kita berkumpul, atau aku terlalu bebal untuk mengingat kejadian-kejadian masa lalu, atau selama ini aku benar-benar jarang memperhatikanmu? Ilahi, pantaskah aku disebut anak shalihah? Ternyata bukan tidak ada kenangan itu, tapi kenangan itu terlalu indah bagiku, walaupun kenanganku tentang Ummi sama seperti kenangan banyak orang tentang ibu mereka. Bahwa Ummi adalah ibu rumah tangga biasa, selalu menyelesaikan pekerjaan rumah dengan rapi dan apik setiap harinya, dan menyiapkan segala kebutuhan keluarga, sungguh bukan hanya itu, kali ini aku ingin menyatukan puzzle-puzzle kenangan yang terserak, hanya untuk mengingat dan mensyukuri nikmatNya yang telah menganugrahiku seorang ibu sepertimu Ummi.
“nak, belajar yang sungguh-sungguh ya, jangan seperti Ummi yang tidak menyelesaikan sekolah ini, tidak apa bersusah-susah dahulu, karena nikmat itu akan ada setelah kesusahan.” masih sangat jelas terngiang dibenakku ketika engkau sampaikan petuah itu Ummi, sampai sekarang masih tersimpan lekat dihatiku, yah, ketika aku lelah dengan tugas kampus, atau bosan dengan segala bentuk pelajaran yang sulit aku pahami seketika petuah itu menjadi lampu pijar dikegelapan jalanku. Engkau motivasiku untuk terus melangkah maju Ummi, pun masih jelas tergambar wajahmu yang sangat bahagia ketika aku telah selesai mengkhatamkan hafalan al-qur’an, duhai Rabbi, akankah kebahagiaan beliau kelak berkalilipat dari ini? Ketika engkau memberinya mahkotaMu? Kalau seperti itu adanya aku rela, aku sangat rela menghabiskan waktuku bersama kitabMu, kitab penyejuk Qalbu, aku berjanji untuk terus mengulang hafalan ini, agar aku benar-benar layak disebut ahliMu.
Ummi, seorang yang selalu kuingat geriknya karena beliau jarang memberi nasihat, tetapi mencontohkan langsung, walaupun beliau memiliki kekurangan itu bukan masalah bagiku, aku selalu kagum kepadanya, dibalik kekurangan itu beliau memiliki banyak kelebihan, aku sering merasa malu, malu pada diriku sendiri yang sempurna tapi tidak memiliki keahlian apapun. Dulu aku sempat malu ketika orang-orang mengetahui kekurangan beliau, tapi aku sadar, ummi saja tidak malu, kenapa aku harus malu?
Ummi, seorang yang memiliki kesabaran seluas samudra, bagaimana tidak, ketika takdir memaksa untuk mengambil satu dari sekian banyak nikmat Allah yakni pendengaran dari dirinya, beliau tetap tampil mengagumkan, seperti tidak pernah kehilangan nikmat itu, bekerja layaknya orang normal, berkomunikasi dengan lancar, serta ketika takdir menentukan Abi untuk menikah lagi,walaupun atas
izinnya, itu bukan sesuatu yang ringan untuk wanita manapun. Wanita tercipta dengan perasaan yang sangat lembut, aku tahu bahwa dibalik ketegaran itu beliau sangat rapuh, maka aku selalu berdoa agar beliau selalu diberi kekuatan dan ketegaran, dan nyatanya sungguh diluar dugaan, beliau masih melayani abi seperti tidak terjadi apa-apa, menyayangi anak-anak tirinya seperti menyayangi anak kandungnya sendiri.
Aku selalu menuntut sebagai anak, meminta banyak dari Ummi, dan sekarang aku sadar, aku tidak pernah bertanya tentang kesusahan yang beliau rasa setiap harinya, aku acuh dengan segala masalahnya, enggan melaksanakan perintahnya, maka suatu malam, aku iseng memandangi wajah beliau yang pulas tertidur, baru saja beliau memijati punggungku karena aku merasa tidak enak badan, rambutnya sudah banyak memutih, keriput diwajahnya mulai tampak, ya Allah, inikah Ummiku, sudah setua inikah beliau,? Aku yang jarang memandang wajahnya setelah berbelas tahun yang lalu baru merasa telah banyak perubahan. Aku memeluknya pelan, takut beliau terbangun, aku menangis terisak tak kuasa membayangkan ketika kami harus hidup tanpa Ummi, wanita hebat ini, tiba-tiba beliau terbatuk-batuk keras, batuk yang sama seperti malam-malam kemarin, sampai beliau harus terbangun karena batuk itu, aku pura-pura memejamkan mataku, menutupinya dengan guling, dan airmataku tak bisa berhenti mendengar batuknya seperti itu.
Atau ketika kami sedang menyiapkan buka puasa, abi sibuk mencari surban untuk ceramah seperti biasa, ternyata surban yang dicari tidak juga ketemu, maka abi memaksa ummi mencarikan dengan suara yang agak tinggi dan wajah penuh kekhawatiran karena sebentar lagi pengajian akan dimulai, ummi yang tidak tahu dimana letak surban itu terkena marah, akhirnya ummi memberi surban yang lain dan balas mengomel, aku yang mendengar ummi mengomel jadi ikut memarahi ummi, harusnya ummi bantu mencari saja, karena laki-laki akan semakin marah ketika diomeli, dan kulihat wajah ummi mengeras, seperti menahan tangis, kesal dan sesal. Tiba-tiba aku merasa sangat bersalah memarahi beliau. Maafkan nanda Ummi.
Dan ditenangnya malam ini tiba-tiba terdengar suara tangis anak kecil tetangga, dia menangis karena terjatuh dari tangga, tapi tak lama kemudian suara ibunya keras memarahi karena melanggar aturan telah bermain-main ditempat yang ia larang, tahu apa yang ia lakukan terhadap anaknya? Bukannya mengobati malah terdengar hingga kamar kost suara pukulan untuk anaknya dan membuatnya semakin keras menangis. aku menjadi berpikir sejenak tentang masa kecilku dahulu, sepertinya hidupku benar-benar tanpa beban, aku asyik bermain dimanapun aku suka tanpa ada larangan darimu Ummi, hanya dapat teguran ketika karena asyik bermain melalaikan shalat,atau pulang terlampau senja. Terimakasih Ummi, cinta dan sayangmu masih kurasakan hingga kini.
Maka disisa umur beliau aku ingin berbakti, Semakin kesini semakin aku menyadari bahwa semua itu bukanlah pekerjaan yang mudah, ketika dalam keadaan sedih atau banyak masalah engkau tetap harus menampilkan wajah dan sikap tanpa lelah. ketika satu-persatu anak-anakmu pergi jauh dari rumah, mau tidak mau engkau tetap mendukung mereka, walaupun telah terbayang dibenakmu keadaan rumah yang akan menjadi sepi ketika kami tidak ada, dan engkau kembali sendirian menjaga rumah, sesekali bersama ayah, tapi mungkin hanya beberapa saat.
Berapa puluh kali tanganmu mengusap airmata kami, tapi tak pernah sekalipun kami membalasnya, betapa banyak airmata yang kau tumpahkan untuk kami dalam setiap do’a-doa’mu, tapi kami malah meneteskan airmata ketika kami dalam keadaan sempit dan benar-benar membutuhkanmu saja, Ummi, kami sangat sadar, doa-doamulah yang menjadikan jalan kami lapang melalui segala rintang, menyinari gelapnya jalan kami, Ridhai kami Ummi, tanpa ridhamu Allah tidak akan meredhai kami. Semoga kita bersama tidak hanya didunia ini tetapi kekal hingga akhirat. Aamiin.


                                                                                               Jakarta, 21 Desember 2013
                                                                                                           Huurun Ein with lov


                                                                                                 (Mujahidah Rifqiyah el ahmadi)

3 komentar:

  1. sejatinya ibu adalah sosok mulia yang selalu hadir terpatri dalam jiwaraga kita selamanya
    selamat hari ibu ;-)

    BalasHapus
  2. Trimakasih atas kunjungan pak...dan semoga kita menjadi ibu yang super untuk anak anak kami ...aamiin :)

    BalasHapus